Bungotv.co – Berpikir kritis memang tidaklah mudah. Di era digital saat ini, kita sering kali melihat bagaimana orang yang berusaha berpikir kritis malah mendapat serangan dari netizen. Padahal, berpikir kritis merupakan langkah penting untuk menolak pandangan patriarki yang merugikan.
Sering kali, saat seseorang mencoba mengungkapkan pandangannya mengenai penolakan terhadap perilaku patriarki di media sosial, mereka justru mengalami intimidasi dan bullying dari pengguna lain. Fenomena ini membuat banyak orang merasa enggan untuk berbagi pemikiran kritis mereka. Padahal, media sosial adalah platform yang ideal untuk menyebarluaskan pemikiran-pemikiran tersebut.
Mengapa berpikir kritis itu penting? Secara sederhana, berpikir kritis seperti halnya bernapas – sesuatu yang sangat mendasar dan tidak bisa diabaikan. Jika kita tidak berpikir kritis, kita tidak akan bisa memperjuangkan hak-hak perempuan dan menghadapi belenggu yang ada. Dengan berpikir kritis, kita dapat memberikan kontribusi berarti dalam upaya menolak sistem patriarki.
Berpikir kritis memerlukan elemen utama yaitu rasa penasaran dan kemampuan untuk bertanya. Dengan bertanya, kita berusaha memahami dan mencari jawaban. Namun, tidak semua orang memiliki kesempatan untuk berpikir kritis, karena lingkungan dan berbagai faktor eksternal dapat menghambat proses ini. Saya sendiri merasa terdorong untuk terus belajar agar dapat berpikir lebih kritis, mengingat setiap hari kita dihadapkan pada berbagai masalah dan narasi yang seringkali tidak mendukung perempuan.
Untuk menghindari terjebak dalam pemikiran patriarki, penting bagi kita untuk terus berlatih berpikir kritis dan menyampaikan pemikiran kita dengan yakin. Kemampuan ini tidak hanya diperlukan di sekolah, kampus, atau tempat kerja, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Sayangnya, seringkali lingkungan sekitar tidak mendukung upaya berpikir kritis. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan sering dianggap sebagai sikap cerewet atau sok tahu, bahkan ketika itu merupakan tanda keingintahuan yang sehat.
Dalam konteks agama, mempertanyakan atau mengkritisi ajaran seringkali dianggap sebagai bentuk ketidakpercayaan, padahal sebaliknya, hal tersebut bisa menjadi cara untuk memperdalam pemahaman dan keimanan kita. Kritik terhadap pandangan patriarki pun sering mendapatkan respons negatif, seperti dicemooh atau dibully di media sosial. Meskipun begitu, tidak ada yang salah dengan memiliki pendapat yang berbeda dan berpikir kritis.
Filsuf telah membahas pentingnya berpikir kritis sejak lama. Proses ini melibatkan identifikasi masalah, observasi, analisis, evaluasi, refleksi, dan akhirnya membentuk opini pribadi. Berpikir kritis bukan hanya tentang setuju atau tidak setuju, tetapi tentang memahami dan mempertimbangkan semua aspek dari suatu masalah.
Beberapa alasan mengapa berpikir kritis penting antara lain:
- Kemerdekaan Berpikir:Memberikan kita kontrol penuh atas keputusan kita.
- Kepastian Diri:Meningkatkan kepercayaan diri terhadap opini dan pemikiran kita.
- Keterbukaan Pikiran:Membantu kita menjadi lebih terbuka terhadap berbagai perspektif.
- Literasi dan Kritis:Mengembangkan literasi agar terhindar dari manipulasi informasi.
Meskipun terkadang kita tidak selalu bisa berpikir kritis karena faktor personal atau emosi, penting untuk menyadari hal tersebut dan terus melatih kemampuan berpikir kritis setiap hari. Berpikir kritis harusnya tidak menghadapi intimidasi karena setiap orang berhak untuk mengekspresikan pemikirannya.